MUHAMMAD RUDI – FAUZI BAHAR
Ingin Bangun National Branding Kepulauan Riau
KEPRI, Pionir—Mantan Walikota Padang dua periode yang juga mantan angkatan laut Letkol Laut (P) (Purn) Dr. H. Fauzi Bahar, M.Si gelar Datuk Nan Sati yang berniat maju sebagai Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau mendampingi Walikota Batam saat ini, Muhammad Rudi, ia berhasrat merubah presepsi masyarakat Provinsi Riau yang selama ini terpusat dari "budaya darat" beralih pada "budaya laut" atau maritim.
Sebagai calon wakil gubernur Provinsi Kepulauan Riau ia juga ingin mewujudkan visi kelautan dengan merubah segenap perangkat dan pranata sosial maupun infrastruktur untuk mendukung visi kelautan dan maritim yang dicanangkan pemerintah pusat.
“Oleh karena itu sangat penting untuk menciptakan dan membangun suatu “National Branding” dalam rangka melakukan promosi ke dalam maupun keluar,” kata mantan Walikota Padang periode periode 2004 – 2009 dan 2009 – 2014 ini.
Promosi ke dalam kata dia, diharapkan untuk pengetahuan masyarakat melakukan perubahan budaya menuju budaya maritim. Sementara promosi keluar kata Fauzi Bahar, dilakukan agar masyarakat internasional mengetahui kedudukan dan posisi Indonesia sebagai negara poros maritim dunia, meskipun memerlukan waktu yang panjang, investasi yang besar dan konsistensi kebijakan pembangunan nasional.
Selama ini kata urang sumando Tanjung Pinang ini kemaritiman masih menjadi isu-isu parsial, dan belum terkordinasi dan terarah secara konprehensif dan belum diimplementasikan dalam kebijakan pembangunan daerah maupun nasional secara total.
Fauzi Bahar menyebutkan, secara keseluruhan wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 5 kabupaten, dan 2 kota, 52 kecamatan serta 299 kelurahan/desa dengan jumlah 2.408 pulau besar, dan kecil yang 30% belum bernama, dan berpenduduk.
Adapun luas wilayahnya sebesar 8.201,72 km², sekitar 96% merupakan lautan, dan hanya sekitar 4% daratan.
Fakta selama ini kata Fauzi Bahar, nelayan tradisional masih menggunakan alat tangkap dan armada penangkapan yang masih sederhana.
Pola hidup mereka jalani pun juga sangat sederhana, dimana 15 hari melaut dan 15 hari “ongkang-ongkang kaki” di rumah.
“Faktor ini terjadi karena para nelayan tradisional turun ke laut berpedoman pada bulan.
Dimana saat bulan bersinar terang mereka tidak melaut, karena hasil tangkapan mereka akan menyusut. Sementara saat bulan tidak bersinar para nelayan akan rajin melaut, karena hasil tangkapannya akan berlipat ganda,” kata Fauzi Bahar.
Ini artinya kata Fauzi Bahar, penghasilan para nelayan selama 15 hari disaat bulan bersinar tidak akan mereka habiskan selama 15 hari saat bulan bersinar terang.
“Insyaallah bila kami Muhammad Rudi – Fauzi Bahar diberi amanah untuk memimpin Kepulauan Riau, kebiasaan para nelayan ini akan kita rubah, dan menjadikan nelayan akan produktif dan mendapat penghasilan tiap harinya. Itu artinya kita harus merubah teknologi para nelayan dengan teknologi dari Jepang,” kata Fauzi Bahar.
Selain itu kata Fauzi Bahar, selat yang ada di antara-pulau-pulau di provinsi itu, yang memiliki dua masa pasang, yaitu pasang naik dan pasang surut memiliki potensi tenaga listrik yang bisa di kembangkan menjadi pembangkit listrik bagi Provinsi Kepulauan Riau.
“Ini sebuah potensi besar yang dimiliki Provinsi Kepulauan Riau yang bisa dikembangkan. Sayang selama ini potensi besar itu belum tergarap.
Insyaallah bila kami Muhammad Rudi – Fauzi Bahar diberi amanah untuk memimpin Kepulauan Riau lima tahun mendatang, potensi besar itu tidak akan disia-siakan, sebut Fauzi Bahar(Firman Sikumbang)
0 Comments