Goresan Fakta dari "Daerah Buangan" Mentawai
MENTAWAI, Pionir--Kepolisian Resor (Polres) Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar) yang dulu diidentikkan sebagai tempat "pembuangan" para polisi nakal, pelan namun pasti mulai menggeser citra tak baik itu.
Kini di bawah komando Kapolres Mentawai AKBP Dody Prawiranegara, SH, MH, S.IK dan Waka Polres Kompol Maman Rosadi SH, tinta fakta mulai menorehkan bahwa Polres Mentawai yang berada di daerah kepulauan, bukan lagi sebagai tempat "pembuangan" untuk para polisi "bandel".
Di tangan Dody Prawiranegara dan Maman Rosadi realita itu kini telah berubah rupa. Beratnya medan wilayah tempat bertugas serta di tengah keterbatasan sarana dan prasarana, ternyata dua perwira menengah polri ini mampu menanamkan keyakinan pada personelnya bahwa hanya polisi-polisi bermental baja dan memiliki komitmen yang tinggilah mampu bertahan mengabdi di Bumi Sikerai ini.
Dody dan Maman terbukti mampu memberikan keyakinan pada personelnya bahwa kepulauan Mentawai yang terdiri atas empat pulau utama yakni Pulau Pagai Utara, Pagai Selatan, Sipora Siberut bukanlah tempat “pembuangan” anggota polisi yang bandel, namun sebagai tempat bagi polisi berdedikasi tinggi.
Dody Prawiranegara malah menampik bila ada polisi yang enggan untuk dinas di Kepulauan Mentawai yang memiliki gelombang laut cukup tinggi serta ditambah dengan segala keterbatasannya. Sebab kata Dody menambahkan, justru dengan kondisi alam penuh tantangan itulah akan melahirkan polisi-polisi yang tulus dalam pengabdian.
"Lihatlah fakta yang terjadi baru-baru ini di saat daerah itu tengah berkonsentrasi menangani wabah Covid-19, Kabupaten Mentawai malah dilanda banjir di Kepulauan Siberut," ini butuh ketulusan dalam menjalankan tugas sebagai pelindung dan pengayom masyarakat.
Seperi diketahui, banjir yang terjadi pada awal Mai lalu itu, sedikitnya terdapat 12 desa di 5 kecamatan yang terendam banjir dengan ketinggian hingga 2 meter. Selain itu, ada 1.796 rumah yang terendam.
Tak mengherankan kata Dody Prawiranegara bila fakta yang terjadi itu banyak yang mengatakan, ”jika masih ada kota lain, mengapa harus Mentawai”.
Itu artinya kata Dody menambahkan, hanya polisi bermental baja saja yang mampu berdinas di Kepulauan Mentawai ini. Sebab di daerah ini terbentang lautan yang luas, ombak yang ganas dan ekstrim, cuaca yang tidak bisa diprediksi, wilayah daratan yang sangat sulit dijangkau.
Baik Dody Prawiranegara maupun Maman Rosadi mengakui nyali mereka tidak pernah ciut sejak awal mendedikasikan dirinya untuk Kepulauan Mentawai. Bahkan untuk mengabdikan diri dengan sepenuh hati, Kapolres dan Waka Polres Mentawai ini rela hidup terpisah dengan anak dan istrinya.
“Kasihan anak dan istri bila mereka kita bawa untuk hidup di daerah penuh tantangan dengan segala keterbatasannya. Biarlah kami menikmati pengabdian ini di sini,” kata Dody Prawiranegara.
Dody mengaku saat ini anak bersama istrinya menjalani kehidupan di kota Jakarta. Sementara Maman mengaku anak bersama istri di kota Padang.
Baik Dody maupun Maman merasa bangga memiliki personel yang tangguh-tangguh dan mampu “menaklukan” keadaan. Mereka juga memuji para Kapolsek yang memiliki dedikasi tinggi dan teruji.
Fakta ini kata Dody, dirasakannya sendiri manakala para personelnya saling bahu membahu dalam menghadapi wabah corona atau Covid-19 yang tengah melanda.
"Mereka bekerja tak pernah lelah, baik siang maupun malam. Di tengah kondisi penanganan masalah Covid-19, mereka pun berjibaku memberikan pertolongan saat Mentawai direndam banjir," kata Dody memuji anggotanya.
“Fakta inilah yang membuat saya betah dinas di Kepulauan Mentawai ini. Bersama personel yang tangguh, saya bersama Waka Polres bertekad akan merubah kesulitan menjadi sebuah kesenangan. Karena hanya orang-orang hebat sajalah yang mampu bertahan di medan penuh tantangan,” kata Dody. (Firman Sikumbang)
0 Comments