KAPOLSEK SIKABALUAN BERUPAYA TEKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK
MENTAWAI, Pionir--Kapolres Kabupaten Mentawai, AKBP Dody Prawiranegara, S.IK, MH memahami betul bahwa dari data yang dirilis organisasi kesehatan, pendidikan, dan anak-anak dunia (WHO, UNESCO, UNICEF) menyebutkan separuh dari total populasi anak di dunia atau sekitar satu miliar anak mengalami berbagai kekerasan seperti fisik, seksual, psikologis, cedera, menjadi disabilitas dan meninggal dunia.
Karena itu berbagai upaya terus dilakukan Dody Prawiranegara bersama jajarannya untuk menekan maraknya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi di wilayah bumi Sikerai itu.
Harapan AKBP Dody Prawiranegara pun direspon Polsek jajarannya.
Buktinya pada Kamis 9 Juli 2020 Polsek Sikabaluan dibawah komando Kapolsek Iptu Jennedi terus mengintenkan sosialisasi serta memberikan imbauan mulai dari kecamatan hingga ke pelosok desa yang berada di wilayah hukum Polsek Sikabaluan. Jennedi pada Pionir, Jumat sore 10 Juli 2020 mengatakan, apa yang dilakukan itu untuk menekan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di bawah umur khususnya di Mentawai.
Pada hari itu kata Jannedi, ia bersama personel Polsek Sikabaluan melaksanakan sosialisasi serta penempelan imbauan stop kekerasan terhadap perempuan dan anak di kecamatan Siberut Utara.
“Anak adalah masa depan kita semua, menjaga dan melindunginya menjadi kewajiban kita semua,” ujar Jannedi.
Sebagian besar kata Jannedi menambahkan, kekerasan terhadap anak terjadi di rumah anak itu sendiri, di sekolah, atau di lingkungan tempat anak berinteraksi.
Kekerasan pada anak ini kata dia lagi, bisa memunculkan masalah fisik maupun psikologis pada si anak di kemudian harinya. Secara fisik mungkin bisa dilhat dari sekujur tubuhnya ada tanda tanda bekas kekerasan.
“Secara psikis, anak yang menjadi korban kekerasan dapat mengalami masalah kejiwaan seperti, gangguan stres pasca trauma, depresi, cemas, dan psikotik. Orang tua sering sekali tidak menyadari atau terlambat mengetahui bahwa anaknya menjadi korban kekerasan. Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengenali tanda dan gejala kemungkinan anak menjadi korban kekerasan, antara lain adalah,
mimpi buruk tanpa bisa dijelaskan penyebabnya, perhatian yang mudah teralihkan atau banyak melamun,terdapat perubahan pada pola makan, seperti tidak mau makan, nafsu makan yang berkurang, kesulitan menelan dan lainya,” kata Jannedi saat mengedukasi masyarakat.
Iptu Jennedi mengingatkan para orang tua, apabila ditemukan adanya tanda–tanda perubahan prilaku dan kebiasan pada anak, sebaiknya para orang tua segera mengajak anak berbicara dari hati ke hati tentang adanya perilaku kekerasan yang dialaminya.
“Apabila memang ada peristiwa tersebut maka segeralah membawa si anak ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan fisik, laboratorium dan psikologis,” katanya mengingatkan. (Firman Sikumbang)
0 Comments