PERSONEL POLSEK KOTA BUKITTINGGI INGATKAN KAUM MILENIAL BAHAYA RADIKALISME 

iklan adsense

PERSONEL POLSEK KOTA BUKITTINGGI INGATKAN KAUM MILENIAL BAHAYA RADIKALISME 

BUKITTINGGI, Pionir—Kendati masalah radikalisme lebih banyak domainnya dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), namun kata Bhabinkamtibmas Kelurahan Cimpago Guguak Bulek, Kecamatan Mandiangin Koto Salayan, Polsek Kota Bukittinggi, Polres Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), Bripka Okriadi, SH,MH saat menjadi narasumber tentang bahaya radikalisme kepada kaum milenial, bertempat di aula kantor lurah Cimpago Guguak Bulek, Kamis 26 November 2020, Polri tetap memiliki program kontra radikalisme khususnya di kalangan generasi muda, seperi yang dilakukan pada hari itu. 

Bripka Okriadi ketika dihubungi Pionir Jumat sore, 27 November 2020, terkait apa yang dibahas saat menjadi narasumber tentang bahaya radikalisme kepada kaum milenial itu, ia mengatakan, masalah radikalisme saat ini memang sudah marak terjadi di mana-mana, termasuk di Indonesia sendiri. 

Dikatakannya, pengaruh radikalisme yang merupakan suatu pemahaman baru yang dibuat-buat oleh pihak tertentu mengenai suatu hal, seperti agama, sosial, dan politik, seakan menjadi semakin rumit karena berbaur dengan tindakan yang cenderung melibatkan kekerasan. 

Berbagai tindakan teror yang tak jarang memakan korban jiwa, kata Bripka Okriadi, ini seakan menjadi cara dan senjata utama bagi para pelaku paham radikal dalam menyampaikan pemahaman mereka dalam upaya untuk mencapai suatu perubahan. Ini kata Bripka Okriadi menambahkan, terlihat dari berbagai propaganda paham radikal yang masih terlihat di beberapa tempat, seperti perguruan tinggi, masjid, organisasi masyarakat, dan lainnya. 

“Pertumbuhan paham ini sudah menjadi sangat luas penyebarannya, dalam hal ini kita tidak boleh sama sekali lengah karena paham-paham radikal atau paham khilafah yang ada akan semakin meluas di Indonesia, kemudian membawa semangat radikal dan juga terkait dengan masalah yang berhubungan dengan ideologi Pancasila,” kata Bripka Okriadi. 

Ia mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat paham radikalisme berkembang, faktor luar itu yang luar biasa banyak dan sangat dinamis. Sekarang ini akan sangat sulit sebetulnya karena mahasiswa itu tidak sepenuhnya ada di kampus. 

Mereka sekarang lebih sering berinteraksi dengan berbagai kelompok masyarakat, dunia digital, dunia internet, organisasi-organisasi ekstra universitas. Sedangkan faktor dari dalam kata Bripka Okriadi, terkadang lebih terlihat di lingkungan pertemanan yang banyak kita jumpai membawa pengaruh melalui doktrin-doktrin. 

Bripka Okriadi menyebut, paham radikal dan paham khilafah menjadi sangat bermasalah di Indonesia karena berusaha memaksakan kehendak kepada semua orang untuk mendirikan negara atas dasar agama tertentu. Padahal, masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai macam agama dan suku yang sangat majemuk.

“Pemaksaan kehendak itu tidak sejalan dengan semangat ideologi bangsa yang mengayomi semua identitas di Indonesia. Dengan kondisi masyarakat yang seperti ini, akan lebih baik bila setiap elemen bangsa menerima adanya perbedaan identitas kemudian bisa saling bertoleransi,” ungkap Bripka Okriadi. (Firman Sikumbang)

iklan adsense

Post a Comment

0 Comments