BEZUK BOCAH PENDERITA HIDROSEFALUS
Iptu Ade Saputra Larut Dalam Kesedihan
Fakta ini terungkap saat Kapolres Solok Selatan diwakili Kasat Lantas Iptu Ade Saputra, SH MH datang bertandang ke rumahnya yang masih terbengkalai pembangunannya, di Pasir Putih, Kelurahan Lubuk Gadang Selatan, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat (Sumbar).
Saat itu sehelai kenangan dari Kamis pun menyatu dalam sebuah pertemuan dengan perwira pertama kepolisian ini.
Kedatangan Ade Saputra bersama beberapa orang personelnya yang di dampingi Wali Jorong, Eko Aprianto itu bermaksud hendak maliekan hati nan suci sarato muko nan janiah untuk menunjukan empati terhadap cucunya bernama Muhammad Andra (5 tahun) yang saat ini mengalami penyakit pembesaran kepala (hidrosefalus).
Duka yang dialami bocah malang ini kata sang kakek membuka lembaran kenangan, berawal saat ia masih berusia 7 bulan mengalami kecelakaan lalulintas di dekat Jembatan Timbulun, Nagari Lubuk Gadang, pada tahun 2017 silam bersama kedua orang tuanya. Dalam peristiwa kecelakaan itu, ibu dari Muhammad Andra bernama Sisri Yuyanti (20 tahun) nyawanya tidak dapat diselamatkan.
Pasca musibah yang merengut nyawa anak dan menantunya itu, sang kakek bersama nenek harus merawat dan mengasuh Muhammad Andra dengan segala keterbatasan, baik keterbatasan fisik maupun ekonomi.
Hari berganti, tahun pun berbilang menggenapkan hitungannya. Ternyata dalam menjalani hari-harinya kondisi kesehatan Muhammad Andra terus menurun. Berbarengan dengan itu lingkar kepala sang bocah pun menunjukan gejala tak lazim. Sebab makin hari kepalanya terus membesar.
“Menurut analisa dokter cucu kami mengalami penyakit pembesaran kepala atau secara medis disebut hidrosefalus. Padahal saat cucu kami ini lahir, ia dalam keadaan normal,” kata sang kakek.
Menurut Spesialis Saraf/Neurologi RS M.Djamil Padang Dr. dr. Yuliarni Syafrita, Sp.S (K) salah satu penyebab hidrosefalus pada anak, selain bawaan lahir, si anak pernah mengalami cedera atau benturan pada kepala yang berdampak ke otak.
Hidrosefalus kata Yuliarni Syafrita, adalah penumpukan cairan di rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan pada otak. Pada bayi dan anak-anak, hidrosefalus membuat ukuran kepala membesar. Sedangkan pada orang dewasa, kondisi ini bisa menimbulkan sakit kepala hebat.
Kata Yuliarni Syafrita, hidrosefalus dapat ditangani dengan cara operasi. Tujuannya adalah mengembalikan dan menjaga kadar cairan di dalam otak. Metode operasi yang biasanya diterapkan pada pasien hidrosefalus adalah: Operasi pemasangan shunt (selang khusus yang dipasang di dalam kepala untuk mengalirkan cairan otak ke bagian lain di tubuh, agar mudah terserap ke dalam aliran darah).
Metode operasi lainnya, kata Yuliarni Syafrita menambahkan, adalah endoscopic third ventriculostomy (ETV). ETV ini dilakukan dengan membuat lubang baru di dalam rongga otak, agar cairan di dalam otak bisa mengalir ke luar.
Prosedur ini sering kali diterapkan pada hidrosefalus yang disebabkan oleh penyumbatan di dalam rongga otak.
Dalam rangkaian doa-doanya sang kakek dan nenek ini terus memohon pada Allah Al Mu`iid (yang maha mengembalikan kehidupan) agar memberikan kesembuhan pada cucunya. Ia mengaku hanya itu yang mampu dilakukan.
Sebab, kalau mengobati cucunya dengan jalan operasi, mustahil untuk dilakukan. Karena saat ini kehidupannya pun tak obahnya bagai merangkuh perahu dari tiang tenggelam dan terancam gelombang serta letih berkepanjangan.
Sang kakek merasa hidupnya saat ini bak mumbang alit di tangkai mayang, basah kuyup direnyai hari.
Sebab, ia harus merangkai waktu yang resah di hari tuanya dan bersemayan dalam “rumah” yang gelisah. Karena, ia tak mampu menopang kehidupan keluarga dan tak dapat berbuat apa-apa. Apalagi dua orang anaknya yang masih hidup juga tak mampu berbuat banyak untuk menolong upaya kesembuhan san cucu.
Kini senja telah berangkat perlahan, tinggalah Muhammad Andra bersama sang kakek dan nenek dalam kehidupan yang timbul tenggelam, dan harus tidur dalam mimpi nan sansai. Ladang mimpinya untuk meraih kesembuhan pun seolah punah terbakar karena harus rela hidup dalam hari-hari yang tiada lagi berseri. Kini mereka hanya berharap kebaikan para dermawan untuk kesembuhan.
Di sisi lain, ketika menatap wajah tua kakek dan nenek serta bocah malang ini, saat memberikan bantuan sosial pada Rabu 20 Oktober 2021, perasaan Iptu Ade Saputra hanyut hingga ke luar batas dinding. Kemudian, mengendap dan menyatu dalam kata-kata yang bisu.
Tak banyak yang bisa dilakukannya saat itu, selain menahan sabak lantaran dorongan rasa haru.
Secuil pengertian kemudian mempertalikan jiwa dan menyalakan kasih bak antara orang tua dan anak. Iptu Ade Saputra pun berjanji akan mencarikan jalan demi kesembuhan Muhammad Andra. (Frman Sikumbang)
0 Comments