Polres Pariaman Kawal Ritual Pesta Tabuik
Perayaan ini tiap tahun dilakukan, namun dua tahun belakang ritual ini tak digelar akibat pandemi Covid-19.
Tahun ini agenda tahunan tabuik di Kota Pariaman Sumatera Barat siap dihoyak dengan nama Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2022, yang prosesi tabuiknya suda dimulai sejak 30 Juli hingga 14 Agustus 2022 yang dinamakan tabuik naik pangkat.
Seperti diketahui rangkaian acara tabuik tersebut dimulai dengan prosesi 'Maambiak Tanah' untuk Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang di Kelurahan Alai Gelombang dan Pauh Timur.
Rangkaian acara tabuik yang dilaksanakan pada Sabtu 6 Agustus 2022 jam 18.00 WIB itu mendapat pengawalan dari personel Polres Pariaman, Polsek Kota Pariaman, dan perwakilan Polsek jajaran Polres Pariaman.
Pengamanan rangkaian acara tabuik tersebut dipimpin oleh Kapolres Pariaman AKBP Abdul Aziz, SIK, para PJU Polres, dan Kapolsek Kota Pariaman AKP Edi Karan Prianto, SH, MH yang diikuti oleh seluruh personil peserta pengamanan.
Pada kesempatan tersebut Kapolres Pariaman AKBP Abdul Aziz didampingi oleh Kapolsek Kota Pariaman, Asisten II Elvis Candra selaku Ketus Panitia Tabuik 2022, berkoordinasi dengan ninik mamak Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang, membahas tentang kelancaran prosesi maharak saroban pada ritual tabuik di Simpang Tabuik Kota Pariaman.
Kata Kapolsek Kota Pariaman AKP Edi Karan Prianto, kesimpulannya bahwa anak tabuik malam ini hanya boleh memainkan gandang tabuik di wilayahnya masing-masing dan tidak ada acara basalisiah/papasan di Simpang Tugu Tabuik. Ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tdk diinginkan.
Kata Edi Karan, tradisi tabuik ini sudah ada dan berlangsung sejak abad ke-19 di Pariaman. Asal nama tabuik itu sendiri diambil dari kata “tabut” yang memiliki arti peti kayu. Nama ini juga muncul karena mengacu pada sejarah makhluk yang memiliki wujud kuda bersayap dengan kepalanya berbentuk manusia. Makhluk tersebut dikenal dengan nama buraq, legenda mengisahkan bahwa makhluk ini mengangkut kotak kayu berisi jenazah Husain yang diterbangkan ke langit.
"Dari legenda itulah masyarakat Pariaman membuat tiruan dari makhluk tersebut lengkap dengan tabut yang berada di punggungnya. Dulunya, tradisi ini muncul sekitar tahun 1826 sampai 1828 Masehi karena pengaruh Islam yang dibawa oleh masyarakat keturunan India di Pariaman. Kemudian pada tahun 1910 terjadi kesepakatan antara nagari yang disesuaikan dengan adat Minangkabau, hingga kini terbentuk festival yang dikenal dengan nama Festival Tabuik Pariaman,” ujar Edi Karan. (Firman Sikumbang)
0 Comments